Ziarah ke Makam Muhammad Syakhona Kholil Bangkalan

Saptu 03 Juni 2023, sekira pukul 9.30 rombongan jamaah Al-Hidayah Karanggeneng kabupaten Lamongan, sampai di desa majasah Bangkalan. Yaitu kami menuju ke makam gurunya para ulama besar, Syaikhona Muhammad Kholil. 
Kendaraan bus langsung di parkir sebelah Utara masjid seberang jalan, sehingga bisa berjalan kaki sekitar 100 meter, menuju area makam.
Pulau Madura yang mempunyai posisi geografis di Laut Jawa ini memang membuatnya menjadi memiliki banyak obyek wisata pantai. Namun tidak hanya pantainya saja yang wajib anda kunjungi saat anda pergi ke Madura, melainkan juga obyek wisata religi yang satu ini yang patut anda datangi, yaitu Makam Muhammad Syaikhona Kholil.
Madura memang telah lama dikenal dengan wisata religinya lebih dari wisata alamnya dan tempat wisata yang satu ini juga sayang jika anda lewatkan saat anda mengunjungi pulau garam ini. 

Makam Muhammad Kholil terletak di Desa Martajasah, Kabupaten Bangkalan. Makam besar umat Islam di era Wali Songo terletak 2 km dari pusat kota dan bersebelahan dengan pantai Sambilangan. Kh. Moh. Kuburan Cholil telah banyak dikunjungi ziarah dari berbagai daerah.

KH. Moh. Kholil dikenal sebagai Waliullah dan sebagai guru besar orang suci di negara ini, sebagai konsep gagasan atau pembentukan 'Nahdatul Ulama', melalui kedua muridnya, mereka; KH. Hasyim Asyari (almarhum), kakek Presiden keempat Indonesia yaitu KH. Abdurahman Wahid, dan Kh. As'ad Syamsul Arifin (almarhum), pendiri 'Pondok Asem Bagus'. Ulama besar yang masih mempunyai pertalian darah dengan Sunan Gunung Jati dari sang ayah, yaitu KH. Abdul Lathif setelah dididik dasar-dasar ilmu agama oleh ayahnya memutuskan untuk memperdalam ilmu agama ke sejumlah pesantren di Bangkalan. Di antaranya adalah Tuan Guru Dawuh di Desa Majaleh, Bangkalan yang terkenal metode pengajaran yang unik, di mana dalam memberi pelajarannya tidak harus menetap di pesantren. Kadang memberi pelajaran sambil berjalan mengelilingi Kota Bangkalan, terkadang di bawah pohon, di pinggir sungai atau di atas bukit. Selanjutnya Syech Kholil atau Syaikhona Kholil berguru kepada Tuan Guru Agung atau Bhujuk Agung. Pengajaran beliau tidak terbatas hanya teori dalam ilmu lahir dan batin tetapi memadukan secara bersama antara teori dan praktek.

Semasa hidupnya, Kyai Muhammad Kholil tidak hanya banyak menimba ilmu di pesantren di Indonesia melainkan juga di jazirah Arab. Cerita-cerita dari beliau saat menimba ilmu lah yang banyak dipakai oleh berbagai pesantren sebagai inspirasi dan motivasi.

Beliau wafat di umur yang sangat senja yaitu tepatnya umur 106 tahun pada tanggal 29 Ramadan 1341 Hijrah, bertepatan dengan tanggal 14 Mei 1923 Masehi dan di makamkan di pemakaman umum desa Martajasah, sebuah desa di sisi barat kota Bangkalan. Karena karomahnya yang terkenal inilah makam beliau banyak dikunjungi para peziarah dari dalam maupun dari negeri tetangga. Tercatat hampir tiap hari sekitar ratusan orang bisa mendatangi Makam Muhammad Syaikhona Kholil.

Masjid yang dibangun pada pertengahan tahun 2005 tepat di samping pesantrennya ini semenjak selesai dibangun telah menjadi salah satu ikon wisata religi yang sangat terkenal di pulau Madura. Di area pemakaman tersebut juga ada beberapa makam lain yang bisa anda ziarahi, yaitu makam dari ayahanda Muhammad Kholil, Abdul Lathif yang terletak 100 meter dari makam Kyai Kholil.

Selain itu ada juga makam-makam lain yang terpisah yang kabarnya adalah makam dari anggota keluarga keraton. Bahkan konon kabarnya di sana juga dikubur senjata-senjata keraton jaman dahulu, dan banyak orang-orang yang sampai menginap demi memburunya. Beranjak ke arah barat daya sekitar 500 meteran, ada makam lain yaitu makam waliyulloh yang di sampingnya terdapat sumur tua. Masyarakat di sana mempercayai jika anda melempar uang koin ke dalam sumur maka anda akan mendapat rejeki besar, dan jika anda meminum airnya, anda akan memperoleh kesehatan yang panjang.

Fasilitas di Makam Muhammad Syaikhona Kholil
Obyek wisata untuk religi memang berbeda dengan obyek wisata lainnya yang digunakan untuk bersenang jadi wajar jika tidak banyak fasilitas-fasilitas yang disediakan pemerintah daerah bagi tempat yang satu ini. Namun ada beberapa fasilitas yang bisa anda dapatkan yaitu kamar mandi umum, masjid untuk beribadah, beberapa bangku untuk tempat menunggu giliran berziarah, dan bagi anda yang merasa haus atau lapar jangan khawatir tidak menemukan tempat makan karena di luar lokasi ini banyak sekali warung-warung yang menjual makanan khas Madura dengan harga yang sangat friendly di kantong. Ada juga beberapa toko-toko souvenir yang berjajar di sekitar masjid jika anda berminat membeli oleh-oleh sebelum kembali pulang.

Hunting foto di sini juga tidak bisa bebas karena anda harus menghargai tempatnya dan juga banyaknya pengunjung yang hadir. Namun anda tetap bisa mengambil gambar dari pemandangan-pemandangan di sekitar area makam karena seperti yang disebutkan di atas ada beberapa makam lain di lokasi ini. Anda juga masih diperbolehkan untuk mengambil foto selfie jika anda mau. Yang paling penting jangan sampai kegiatan berfoto-foto anda mengganggu niat wisata religi yang utama di makam ini.

Mengingat lokasi makam ini di tengah kota, tentu tidak sulit bagi para wisatawan untuk menjangkaunya. Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi ataupun transportasi umum. Jika anda dari luar Madura anda bisa menyebrang melalui jalur laut dengan kapal feri dari pelabuhan Tanjung Perak lalu lanjutkan perjalanan dengan angkutan umum menuju ke Bangkalan. Hampir semua orang di sana mengetahui lokasi Makam Muhammad Kholil. Bagi anda yang memili jalur darat bisa berkendara melalui jembatan Suramadu lalu langsung menuju ke lokasi makam melewati jalan raya Bancaran. Anda juga bisa bertanya-tanya kepada penduduk di sekitar jika masih merasa bingung.

Makam Muhammad Syaikhona Kholil
Tempat wisata religi ini buka setiap hari selama 24 jam namun bisa tutup jika ada acara tertentu atau peringatan keagamaan, namun selain itu anda bisa datang kapanpun yang anda mau. jika anda berkunjung, cukup mencatatkan nama anda pada buku tamu sebelum anda memasuki areal pemakaman.

Jika kita ke makam Muhammad Syaikhona Kholil sebaiknya memakai pakaian yang rapi dan sopan, memakai baju muslim atau setidaknya baju sopan yang tertutup.
Menghormati peraturan yang ada di sana
Jika mengadakan bacaan tahlil sebaiknya dengan suara yang lirih atau tidak terlalu keras, agar tidak menggangu peziarah yang lain.
Tidak membuang sampah sembarangan agar tidak memberikan dampak yang tidak bersih di lingkungan Masjid.

Laduni.ID, Jakarta – Syaikhona Kholil Bangkalan adalah seorang ulamanya para ulama, banyak para ulama besar Nusantara lahir dari pesantren beliau, sebut saja Hadratussyekh KH. Hasyim Asy’ari, KH. As’ad Syamsul Arifin, KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syansuri, dan masih banyak lagi.

Makam Syaikhona Kholil berada di Desa Martajasah, Bangkalan, Madura. Namun selain makam Syaikhona Kholil, adapula makam-makam waliyullah lain yang tak jauh dari lokasi makam Syaikhona Kholil.

. Makam Syekh Abdul Adhzim Al Maduri.
Di sebelah utara, jika berjalan sedikit, terdapat Tempat Pemakaman Umum (TPU) yang berpagar tembok. Di TPU tersebut dimakamkan seorang waliyullah, guru dari Syaikhona Kholil Bangkalan dan guru dari Syekh KH. Zaenal Abidin Kwanya, yaitu Syekh Abdul Adhzim Al Maduri, mursyid Agung Thariqah Naqsabandiyah.

Diriwayatkan bahwa beliau adalah seorang mursyid thariqah yang pertama kali membawa thariqah Naqsabandiyah ke Madura dari Mekkah.

Baca juga: Dalam salah satu riwayat Syaikhona Kholil tentang gurunya tersebut, beliau berkata, “Siapa yang menziarahiku tapi tidak menziarahi Guruku ibarat ia pergi ke Mekkah tapi tak berziarah ke Madinah.” Oleh karena itu, banyak orang yang berziarah ke makam Syekh Syekh Abdul Adhzim Al Maduri, baik sebelum ataupun sesudah berziarah ke makam Syaikhona Kholil Bangkalan.

2. Makam Abah Syaikhona Kholil Bangkalan
Bergeser ke sebelah setalan, tidak jauh dari Masjid Agung Syaikhona Kholil, ada TPU Martajasah. Berjarak 100 meter dari pesarean Syaikhona Kholil, melalui jalan setapak, dan menyusuri gang kecil maka akan nampak sebuah TPU. Disediakan juga petunjuk jalan bagi para jamaah yang hendak berziarah ke TPU tersebut.
Di sana terdapat makam dari ayahanda Syaikhona Kholil, yaitu KH. Abdul Latif. Adapula makam KH. Asror Langgundih (kakek KH. Abdul Latif), dan makam KH. Kaffal (menantu KH. Abdul Latif).

3. Makam Sunan Mertoyoso
Bergeser sedikit dari makam abah Syaikhona Kholil, masih dalam satu komplek, terdapat makam salah satu santri Raden Mohammad Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel. Dia adalah Khalifah Husein Al-Yamani atau Sunan Mertoyoso.
Makamnya berdampingan dengan makam sang istri, Nyai Gede Tondo, nampak tidak ada perbedaan yang jauh di antara makam keduanya. Secara umum hanya terdapat tonjolan di bagian atas batu nisan sebagai penanda makam laki-laki.

4. Makam Raden Bagus Ario Mancanegoro
Bergeser ke sebelah timur dari TPU Martajasah, ada bangunan tembok kuno serta Gapura Paduraksa yang terlihat sangat tua. Di sanalah tempat dimakamkannya Raden Bagus Ario Mancanegoro, saudara angkat Jaka Tingkir, yang juga dikenal sebagai Ulama Keraton se-Madura di zaman Cakraningrat I.

Baca juga: Ziarah Makam Habib Thohir bin Abdullah Al-Kaff, Destinasi Religi Kota Tegal
Ke semua makam tersebut masih berada di Desa Martajasah, Bangkalan, Madura. Sehingga jika Anda sedang berziarah ke makam Syaikhona Kholil, maka jangan lewatkan pula makam-makam para masyayikh di atas.

Disadur dari Ibnu Chotib Asmoroqondi
Sumber foto: Komisariat PMII STAIS, Tangteks, FB Raden Mas Sutowijoyo 

Syeikh Muhammad Kholil atau yang kerap dipanggil dengan Syekh Kholil Bangkalan atau Mbah Kholil lahir pada 11 Jumadil akhir 1235 H atau 25 Mei 1835 M di Kampung Senenan, Desa Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur. Ayah Abdul Lathif adalah Kyai Hamim, anak dari Kyai Abdul Karim.

Syeikh Muhammad Kholil wafat dalam usia 106 tahun, pada 29 Ramadan 1343 Hijrah, bertepatan dengan tanggal 23 April 1925 Masehi, jasadnya dikebumikan di desa Mertajesa, Kecamatan Bangkalan.

Syeikh Muhammad Kholil muda belajar kepada Kyai Muhammad Nur di Pondok Pesantren Langitan, Tuban, Jawa Timur. Dari Langitan beliau pindah ke Pondok Pesantren Cangaan, Bangil, Pasuruan. Kemudian beliau pindah ke Pondok Pesantren Keboncandi. Selama belajar di Pondok Pesantren ini beliau belajar pula kepada Kyai Nur Hasan yang menetap di Sidogiri.

pada tahun 1859 M, saat usianya mencapai 24 tahun, Syeikh Muhammad Kholil memutuskan untuk pergi ke Mekkah. Tetapi sebelum berangkat,Syeikh Muhammad Kholil Mbah Kholil menikah dahulu dengan Nyai Asyik, anak perempuan Lodra Putih. Setelah menikah, berangkatlah beliau ke Mekkah. Di Mekkah Syeikh Muhammad Kholil belajar dengan Syeikh Nawawi Al-Bantani (Guru Ulama Indonesia dari Banten). Diantara gurunya di Mekkah ialah Syeikh Utsman bin Hasan Ad-Dimyathi, Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan, Syeikh Mustafa bin Muhammad Al-Afifi Al-Makki, Syeikh Abdul Hamid bin Mahmud Asy-Syarwani. Beberapa sanad hadits yang musalsal diterima dari Syeikh Nawawi Al-Bantani dan Abdul Ghani bin Subuh bin Ismail Al-Bimawi (Bima, Sumbawa).

Sepulangnya dari Tanah Arab (tak ada catatan resmi mengenai tahun kepulangannya), Syeikh Muhammad Kholil dikenal sebagai seorang ahli Fiqh dan Tarekat. Bahkan pada akhirnya,beliau dikenal sebagai salah seorang Kiai yang dapat memadukan kedua hal itu dengan serasi. Beliau juga dikenal sebagai al-Hafidz (hafal Al-Qur’an 30 Juz). Hingga akhirnya, Syeikh Muhammad Kholil dapat mendirikan sebuah pesantren di daerah Cengkubuan, sekitar 1 Kilometer Barat Laut dari desa kelahirannya.

Makam Syeikh Muhammad Kholil terletak di Masjid Pasarean, desa Martajasah, Kabupaten Bangkalan. sekitar 28 kilometer dari Jembatan Suramadu, sarana penyambung antara Surabaya dengan Madura. Dari Suramadu, kurang lebih memakan waktu 35 menit perjalanan untuk tiba di makam seorang ulama kharismatik yang wafat sekitar tahun 1925.

Warga Jawa Timur menyebutnya sebagai ‘Syaikhona’. Berakar dari bahasa Arab yang artinya adalah guru kita. Syaichona Kholil adalah gurunya KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dan maha guru para ulama besar nusantara di Indonesia.

Meski sudah lama wafat, nama besar Syeikh Muhammad Kholil memberikan berkah bagi warga Bangkalan dan Madura. Memasuki hari ketiga perayaan Lebaran, komplek makam Syeikh Muhammad Kholill dipenuhi peziarah.

Untuk berziarah ke makam yang terletak di masjid itu, para peziarah tidak dikenakan biaya. Para peziarah dipersilahkan untuk menyisihkan sebagian harta sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Uang yang disedekahkan nantinya digunakan untuk biaya operasional kegiatan masjid.


Komentar